Cerita ini bermula pada sebuah perbincangan ringan di kantor LMI sekitar ba’da dhuhur, sabtu 7 juli kemarin. Novianto yang masih memakai baju yang ia pakai ke sekolah. Kali ini ia datang untuk meminta bantuan membayar daftar ulang. Karena syarat untuk naik ke kelas XI ialah melunasi SPP bulan Juli. Setelah mengutarakan maksudnya, anto masih duduk di depan petugas LMI. Tanpa direncanakan, perbincangan pun mengalir dan anto pun bercerita tentang riwayat hidupnya.
Anto yang sejak kecil sudah ditinggal ayah tercinta, menurut penuturan anto, ayah nya meninggal karena operasi yang gagal akibatnya telinga sebelah kanan membengkak dan akhirnya sampai ujung usia. Kini ibu anto yang mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga. Ibu anto bekerja sebagai buruh-buruh cuci di rumah tetangga. Seiring kebutuhan sekolah anto yang semakin banyak dan gaji yang diterima ibu anto tidak mencukupi, akhirnya ibu anto bekerja di daerah yang lebih jauh dan harus meninggalkan anto. Yang 1 minggu sekali baru bisa menjenguk anto yang sekarang tinggal bersama nenek dan keluarga budhe nya. Anak tunggal dari pernikahan ibu marti (samaran) ini harus lebih bisa bersabar menerima apapun yang sudah digariskan Allah.
Anto yang menginjak usia remaja, terbersit harapan kelak kehidupannya akan jauh lebih baik. Dia bisa sekolah ,bekerja dan memudahkan ibunya tanpa harus bekerja di kampung nan jauh dengan anto. Agar anto pun tidak merasa sendiri dan terkucil. Bagi remaja yang masih labil seperti anto, seusia dia masih membutuhkan perhatian extra dari orang tua.
Belum lama ini keluarga anto ditimpa musibah, kakek anto yang memang sudah sepuh, meninggal dengan penyakit paru-paru yang dideritanya. Nenek anto yang sekarang usianya sudah menginjak 70th harus sendiri melalui hari tuanya. Rasa kehilangan sosok kakek tentu dirasakan anto. Tapi musibah ini harus menjadikan anto lebih bersemangat menjalani hidup dan terus berjuang untuk menjadi insan yang terbaik.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !