Pukul 08.00 pagi matahari belum sempurna memancarkan sinar nya. Saya ditemani abang becak dan mbah mirah berniat mengunjungi rumah mbah rah(Nama samaran). Setelah begitu lama akhirnya abang becak bertemu juga dengan mbok mirah yang memang sebelumnya di titipi pesan untuk mengajak simbah ke kantor LMI. Hanya berbekal kamera dan perjalanan kami pun dimulai dengan perbincangan ringan dengan simbah. Dari perbincangan ini lah awal mbok rah menceritakan keluarganya. Tentang riwayatnya,,,kisah hidupnya bersama cucunya..tentang pekerjaannya serta kesusahan yang beliau rasakan. 6 tahun silam beliau yang juga sudah berprofesi sebagai pencari rosok, tinggal di kawasan RRI madiun. Disana beliau membangun gubug kecil, tempat beliau berteduh. Karena ada sesuatu hal, beliau digusur dan ditertibkan oleh pihak yang bersangkutan.


Alhamdulillah walaupun begitu, mbok mirah masih tetap
mendapatkan uang pesangon. Paling tidak,,bisa digunakan untuk mencari tempat
tinggal baru. Akhirnya beliau menemukan tempat tinggal baru didaerah wayut.
Tepatnya di Ds. Wayut Pojok Gg. Boto, disana beliau tinggal sampai sekarang.
Cerita demi cerita, ternyata rumah yang ditempati mbok mirah sekarang adalah
rumah pemberian dari tetangga yang dermawan. Yah,,walaupun Cuma berukuran 2x3m mbok rah sangat bersyukur bisa berteduh dengan
kedua cucunya. Rumah yang hanya berdinding anyaman bambu, jauh dari kata nyaman
dan bersih. Hampir di setiap sudut ada onggokan rosok-rosok. Tidak ada barang
berharga terlihat disana. Mbok rah pun hanya tidur di “Amben” tanpa alas kasur.
Dengan hasil jerih
payahnya sehari-hari mbok rah harus menghidupi kedua cucunya, karena kedua
orang tua nya sudah meninggal. Cucu yang silsilahnya adalah putri dari anak
angkat mbok rah,untuk sementara tinggal di Surabaya, itupun bersama kerabat
dermawan yang memberikan rumah kepada beliau. Subhanallah…ternyata masih ada
segelintir orang yang peduli dengan mbok rah. Sehari-hari beliau mencari rosok
di Polwil,Bank jatim, bank mandiri dan kantor koperasi. Disana beliau mengais
rizqi dengan cara mengumpulkan rosok-rosok ataupun bungkus makanan. Kira-kira
2-3 karung rosok dalam sehari beliau angkut pulang dengan becak. Dalam 1 bulan
rosok-rosok itu baru dijual dan laku sekitar 250ribu.
 |
Mbah Rah sedang mencari rosok |
 |
Sambil menunggu becak datang, beliau merapikan rosoknya |
 |
Menunggu tukang becak lewat |
 |
Mbah rah mengangkat rosoknya sendiri |
Salut kepada semangat simbah
yang usianya mencapai 75th beliau masih gigih dan ulet bekerja. Yang
lebih mengesankan lagi, saat saya tawari untuk minum, beliau ternyata sedang
berpuasa yang memang bertepatan hari kamis. Subhanallah..dengan pekerjaan yang
terhitung menyita tenaga, beliau masih tetap istiqomah berpuasa. Kepala Cabang LMI sempat
menawarkan simbah untuk disewakan rumah di kota. Yang memang bertujuan agar
simbah dekat dengan tempat beliau mengambil rosok sehari-hari. Tetapi beliau
menolak, “Lha nek teng ndeso niku ayem bu, benten kaleh teng kutho,,mengke
mambu, wong pekerjaan saya memang pencari rosok” tutur mbok mirah. Beliau
mengatakan lebih baik dibelikan batu bata untuk membangun rumah nya yang
sekarang daripada harus di kota. Sungguh sosok yang begitu sederhana dan
sifatnya yang “nrimo ing pandum” membuat Mbok rah begitu dikenal ditempat
beliau mencari rosok.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !