Pagi itu sekelompok orang berkumpul saling mencela satu dengan lainnya. Saling menyalahkan. Mereka baru saja merasakan kerugian yang sangat besar. Mereka adalah para pemilik kebun yang siap di panen. Sebelumnya mereka bersumpah pasti besok pagi akan memanen kebun itu. Dan mereka tidak akan menyisihkan hasilnya untuk orang-orang miskin. Ternyata malam harinya terjadi petaka yang diturunkan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala. Kebun-kebun yang siap dipanen itu menjadi hitam kelam seperti malam yang gelap gulita.
Mereka belum tahu peristiwa itu. Maka mereka pun masih sangat yakin bisa memanen kebun esok harinya. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari, “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya. “ Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik, “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orangorang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun (yang sudah hancur) itu, mereka berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan). Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya). ” Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu) ?” Mereka mengucapkan, “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orangorang yang zalim.” Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata, “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.”
Kisah di atas adalah petunjuk Allah swt. dalam surat al-Qalam (67) ayat 17-32. Masih banyak kisah-kisah serupa dalam Al-Quran. Poin pentingnya berupa penegasan bahwa orang yang tidak mau berbagi dengan sesama akhirnya akan merugi, menyesal dan merana. Zakat merupakan salah satu kewajiban sosial dalam Islam yang di antara hikmanya, melatih kita untuk senang memberi dan berbagi. Rasanya sulit memberikan sebagian (harta) yang kita cintai kepada orang yang kita benci. Memberi tak bisa disertai benci. Sering memberi, berarti kita pelan-pelan mengikis kebencian dalam hati. Sekaligus menyuburkan rasa peduli. Banyak peduli, banyak teman, sedikit lawan bikin hati senang.
Dalam sebuah perjalanan Surabaya - Jakarta duduk di sebelah saya seorang bapak yang enak diajak ngobrol. Akhirnya saya tahu dia merintis bisnis dari nol dan sekarang hasilnya sangat melegakan. Ternyata dia gemar sekali berderma. Sambil bercanda dan tertawa kecil dia berkata, “Ternyata balasannya nggak 700 kali lipat itu…tapi ribuan kali lipat…” Subhanallah saya jadi teringat ayat 261 surat al-Baqarah tentang balasan bagi orang yang berinfaq di jalan Allah. Sang bapak tadi tampak begitu bahagia bersama keluarganya. Padahal sangat sering berpisah karena tugas luar kota. Mungkin karena dia rajin tunaikan zakat dan gemar berinfaq, berderma kepada sesama. InsyaAllah kita juga bisa. Apalagi di bulan Ramadhan mulia, saat dibuka lebar pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka. Ayo kita coba! lmizakat.org
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !