Mengawali diterik siang sinar
matahari, team LMI kembali melakukan perjalanan menuju rumah mbah marno
(samaran) yang bekerja sebagi pemulung, wajah dan senyum yang teduh ketika kita menyapa. Mbah marno hidup dalam
kondisi yang kurang , mbah dan istri mempunyai
7 anak ,diantaranya 5 pergi dari rumah tanpa kabar, 1 tinggal satu atap
akan tetapi acuh terhadap orangtua, dan 1 mengalami sakit kejiwaan/ gila . Namun
sayang anak-anaknya tidak ada yang peduli terhadapnya, dahulu sang istri
(nenek) masih membantu dalam mencarikan uang dengan cara meminta-minta dijalanan
karena kondisi kedua matanya sakit
katarak sehingga sudah tidak lagi bisa membantu sang suami. Dalam keseharianya
mbah juga menjadi orang tua dari cucu
yang sekarang berusia 1th , karena dalam
kondisi ini cucu ditinggal oleh orangtua (anak mbah marno) semenjak usia 1
bulan lantaran pergi dari rumah, entah hal apakah yang menjadikan ke 5 anak
dari mbah marno meninggalkannya.
Sungguh
hidup dalam lautan ujian, mbah tetap semangat memulung untuk dapat membeli
sesuap nasi untuk merawat sang cucu , penghasilan mbah marno tidak pasti. ‘mbak , ono sego sebungkus Alhamdulillah iso dimaem wong telu ‘
‘’ungkapnya’’. Sebenarnya mbah sedih memikirkan anak-anaknya ,apakah
tidak ingin menjenguknya sesekali
hatinya rindu, berharap walau sebatas lewat telepon saja bisa menanyakan
tentang kabarnya pun hatinya senang. Yah,,wajar
seburuk apapun seorang anak terhadap orangtua , kasih sayang si mbah
tetap ada untuk seorang anak.
Dibatas
usia yang semakin bertambah,kemapuan si mbah semakin terbatas . beginilah
jalanya tetap bersemangat untuk memulung demi
menghidupi seorang cucu yang di tinggal oleh kedua orang tuanya pergi entah kemana. Bila hati tergerak ataupun terketuk akan realita saudara kita
ini,anda bisa membantu lewat layanan kami
bersama Lembaga Manajemen Infaq
kota Madiun.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !